Apayang salah. Inilah penyebab suatu kaum diberi pemimpin zalim oleh Allah. Pemimpin yang adil serta bijaksana tentu menjadi dambaan tiap-tiap masyarakat pada umumnya. Dengan mendapatkan pemimpin seperti kriteria di atas, rakyat akan senantiasa merasakan ketenteraman ataupun kedamaian di negeri yang mereka tinggali. Dari pemimpin yang adil dan bijaksana lah segala bentuk kebaikan akan terus menerus hadir di tengah-tengah masyarakat. TafsirAl-Isra 16: Penguasa Zalim, Penyebab Bencana. Editor: Redaksi . Wartawan:-- Senin, 31 Desember 2018 13:45 WIB. Ilustrasi: Dampak bencana tsunami di Palu dan Donggala beberapa waktu lalu. Oleh: Dr. KH A Musta'in Syafi'ie M.Ag. . . BACA JUGA: Tafsir Al-Kahfi 71-73: Khidir dan Kiai Idris Kamali, Kiai yang Memberkahi Sekaligus Mengkualati 3Akibat yang akan Didapatkan Para Pemimpin Zalim | Republika Online. LimaPenyebab Datangnya Bencana (Ilustrasi freepik.com) Lima Penyebab Datangnya Bencana ditulis oleh Ustadz Muhammad Hidayatulloh, Pengasuh Kajian Tafsir al-Quran Yayasan Ma'had Islami (Yamais), Masjid al-Huda Berbek, Waru, Sidoarjo. PWMU.CO - Kajian Lima Penyebab Datangnya Bencana ini kita mulai dari hadits riwayat Ibnu Majah. Pundalam Al-Qur'an tak terdapat ayat yang menjelaskan tentang penyabab bencana adalah pemerintah yang zalim. Al-Qur'an menjelaskan penyebab bencana karena manusia mengekploitasi alam. Sehingga terjadi bencana ekologi. Allah berfirman ; Vay Tiền Nhanh Chỉ Cần Cmnd. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Ada dua tipe kepemimpinan yang penting untuk direnungkan oleh kita yang hidup dalam selingkung tahu bahwa bencana, khususnya di Indonesia, dipengaruhi berbagai aspek yang kompleks. Mulai dari hidrometeorologi, geologi, biologi, lingkungan, hingga teknologi. Faktor yang membauri setiap aspek tersebut juga tidak sedikit dan saling terkait. Selain itu ada satu aspek yang tidak bisa dikeluarkan dari daftar "penanggung jawab" bencana, yaitu manusia. Bencana tak bisa dilepaskan dari faktor manusia dan budayanya. Bencana bisa bermula dari kegagalan pembangunan yang dilakukan oleh manusia. Pembangunan tidak hanya wujud bangunan fisik, tapi juga pembangunan budaya, kapasitas, intelektualitas, dan kesadaran insani dalam mengelola risiko bencana. Dalam konteks ini faktor manusia atau kepemimpinan manusia memainkan peran yang sangat vital. Apalagi, kita sudah tiba pada masa kejadian bencana yang cenderung meningkat, baik frekuensinya maupun dari itu ada dua tipe kepemimpinan. Tipe pertama adalah kepemimpinan bencana, yaitu kepemimpinan yang memungkinkan penguatan kapasitas budaya ketahanan bencana. Kepemimpinan bencana mendorong segenap potensi yang ada untuk bisa mencegah, mengurangi, dan menanggapi risiko/situasi bencana. Dalam kepemimpinan bencana, pencegahan dan penanganan bencana dijadikan salah satu prioritas yang membutuhkan tidak hanya kesadaran dan niat yang sungguh-sungguh, tapi juga kerja keras secara kepemimpinan bencana, pemimpin menjadikan pencegahan dan pengurangan risiko bencana sebagai salah satu kebutuhan penting. Apalagi di daerah atau wilayah yang memiliki kerawanan tinggi sehingga bencana bisa memberikan dampak yang lebih hebat. Seorang pemimpin mungkin tidak ahli bencana dan bukan pakar menata kota. Akan tetapi karena sadar akan kepemimpinan bencana dan menjadikan pencegahan bencana sebagai kebutuhan, maka tenaga, pikiran, modal dan potensi yang ada di sekelilingnya akan didayagunakan secara konsisten dan maksimal untuk memenuhi kebutuhan yang memiliki kualitas kepemimpinan bencana bisa diteladani dari sikap, perkataan, atau kebijakan-kebijakannya. Keteladanannya itu diarahkan untuk memberdayakan masyarakat dan lingkungan agar lebih sadar bencana. Kepemimpinan bencana yang baik paham bahwa kondisi semesta akibat pemanasan global telah memicu cuaca ekstrem dan hujan deras. Namun, ia tidak pasrah. Ia juga tidak akan melenakan masyarakat dengan menyuruh masyarakat agar menerima bencana begitu saja seperti memerintahkan umat menerima takdir Tuhan. 1 2 3 Lihat Sosbud Selengkapnya Jakarta Putra Kedua Sultan Haji Hassanal Bolkiah, Pangeran Haji Abdul Azim meninggal dunia diusia 38 tahun pada Sabtu 24/10 sekitar pukul pagi waktu setempat. Tak diketahui pasti apa penyebab meninggalnya pewaris keempat tahta Kesultanan Brunei itu. Namun, diketahui bahwa ia telah menjalani perawatan di rumah sakit selama beberapa waktu sebelum meninggal. Meghan Markle Disebut Tinggalkan Pangeran Harry di Rumah untuk Pesta Bareng Selebritas Orangtua Kate Middleton Jual Perusahaan Penyedia Perlengkapan Pesta Setelah Bangkrut Bobi Anjing Tertua di Dunia Merayakan Ulang Tahunnya yang ke 31 Dilansir dari Minggu 25/10/2020, semasa hidupnya, sang pangeran dikenal karena kemurahan hati dan pesta mewahnya. Lantaran ia memiliki banyak teman selebriti. Berkat terjunnya ke Hollywood sebagai produser bersama perusahaan film yang berbasis di London, Daryl Prince Productions yang memproduksi 'You're Not You', Azim tidak asing lagi untuk berbaur dengan orang kaya dan terkenal. Dengan kekayaannya yang ditaksir sekitar USD 5 miliar tersebut ia juga gemar beramal. Pada 2009, Pangeran Haji Abdul Azim pernah mendesain tas akhir pekan yang bisa digunakan pria maupun wanita unisex untuk MCM. Hasil penjualan tas tersebut ditujukan bagi yayasan amal Inggris Make A Wish Foundation. Selain itu, ia sempat menghebohkan pemberitaan internasional dengan mengadakan pesta ulang tahun pada tahun 2009 yang dijuluki 'Party of the Year'. Ia merogoh kocek pound atau USD atau sekitar RP 1,3 miliar USD 1=Rp14,742 hanya untuk bunga-bunga menghiasi acara dan mengundang Mariah, Janet Jackson, dan Sophia Loren. Sang pangeran sempat dilaporkan memiliki hubungan dekat dengan Mariah, dan pernah menghadiahkan penyanyi wanita itu dengan perhiasan senilai USD 6 juta. Kemudian di pesta perayaan ulang tahunnya yang ke 30 diadakan di Dorchester Hotel London pada tahun 2012, ia mengundang selebriti dunia seperti Mariah Carey, Pamela Anderson, dan Raquel Welch. Demikian menurut keterangan, Pangeran Haji Abdul Azim dikebumikan pada hari yang sama sekitar waktu salat Ashar. Saat ini, Brunei pun menjalani tujuh hari masa duka cita yang ditandai dengan masyarakat diminta mengenakan pakaian putih atau pun pita putih di lengan. Saksikan Video Pilihan di Bawah IniSaksikan enam fakta menarik sang pangerang tampan dari negeri Brunei di video ini. home bencana Tips Senin, 07 Maret 2022 - 1531 WIB Doa ketika gempa bumi terjadi, sebenarnya tidak secara khusus dicontohkan oleh baginda Rasulullah Shallalahu alaihi wa sallam. Namun, doa ketika terjadi bencana bisa diamalkan dalam kondisi serupa. Tausyiah Kamis, 21 Januari 2021 - 1919 WIB Bagi yang berada dalam kondisi bencana, tidak ada batasan pasti kapan paling lama jamak dilakukan. Batasan sebenarnya adalah hilangnya kesukaran dan kesempitan itu sendiri. Muslimah Jum'at, 15 Januari 2021 - 0742 WIB Wilayah Indonesia berada dalam kawasan yang rentan bencana alam. Salah satunya adalah bencana gempa bumi. Dalam pandangan Islam gempa bumi ini merupakan bagian dari tanda kekuasaan Allah Subhanahu wa taala di alam semesta ini. Tips Senin, 06 Desember 2021 - 0742 WIB Doa agar dijauhkan dari musibah dan bencana ini, penting kita amalkan. Mengingat akhir-akhir ini, musibah dan berbagai bencana alam masih dialami di berbagai daerah di Tanah Air. Muslimah Rabu, 20 Januari 2021 - 1323 WIB Kewajiban seorang hamba ketika bencana atau musibah menimpa adalah dengan memperbanyak doa. Berdoaa pada Allah Taala agar dilindungi dari bencana-bencana atau musibah. Tausyiah Rabu, 14 Oktober 2020 - 0949 WIB Muslimah Rabu, 16 September 2020 - 2025 WIB Musibah yang terjadi pada diri seseorang, keluarga, masyarakat hingga bencana yang menimpa seluruh negeri, bisa jadi, karena adanya dosa-dosa yang diremehkan oleh manusia. Tausyiah Sabtu, 14 November 2020 - 0500 WIB Janganlah mengeluh sedikit pun, walau jasadmu digunting-gunting menjadi serpihan-serpihan kecil daging. Selamatkanlah dirimu! Takutlah kepada Allah! Takutlah kepada Allah! Hikmah Rabu, 29 Desember 2021 - 0515 WIB Pertobatan Nabi Yunus AS dalam perut ikan telah diterima Allah SWT. Kini ucapan sang Nabi menjadi doa bagi orang-orang yang sedang tertimpa musibah. Tips Selasa, 26 April 2022 - 2325 WIB Ada beberapa dzikir pendek namun fadilahnya dapat menghapus dosa dan dijauhkan dari bencana. Zikir ini merupakan anjuran Rasulullah SAW dan sangat baik dibaca di bulan Ramadhan. Tips Selasa, 06 Desember 2022 - 1522 WIB Doa ketika gunung meletus atau zikir-zikir lain saat terjadi bencana sangat penting kita panjatkan dan kita wiridkan sebagai bentuk kita meminta perlindungan kepada Allah Subhanahu wa Taala. Tausyiah Kamis, 15 Oktober 2020 - 0921 WIB Mksud kesialan di sini adalah kesialan yang dapat mendatangkan permusuhan dan bencana. Bukan anggapan sebagian orang yang meyakini bahwa ketiga hal tersebut dapat membawa sial. Tausyiah Rabu, 06 Oktober 2021 - 1131 WIB Sejumlah ulama menyarankan umat Islam melakukan sholat sunnah untuk menolak balak di hari Rebo Wekasan. Namun saran ini menjadi polemik karena tidak ada dasarnya. Hikmah Jum'at, 14 Januari 2022 - 1755 WIB Bagi orang-orang beriman, gempa bukan hanya sekadar musibah. Gempa adalah peringatan dari Allah Taala buat manusia, bisa juga disebut sebagai azab kecil atau azab dunia. Dunia Islam Rabu, 12 Oktober 2022 - 0515 WIB Kedatangan Imam Mahdi pada Oktober 2015 diramal oleh Jaber Bolushi dengan menggunakan rumus hitungan angka peninggalan tradisi Arab kuno. Maknanya, pada saat ini Imam Mahdi sudah lahir. Tausyiah Kamis, 18 Agustus 2022 - 1553 WIB Mengapa ada kejahatan, ada penyakit dan kemiskinan, bahkan mengapa Tuhan menganugerahkan si A segala kenikmatan, dan menjadikan si B tenggelam ke dalam bencana? Tausyiah Rabu, 10 Februari 2021 - 1353 WIB Terjadinya malapetaka merupakan buah akibat dari perbuatan manusia sendiri yang mengundang laknat dan murka Allah yang bukan hanya menimpa pelaku kezaliman saja. Tips Jum'at, 14 Januari 2022 - 1723 WIB Adakah doa dan amalan khusus saat terjadi gempa bumi? Bagaimana pula umat muslim harus menyikapinya dalam kondisi terjadinyanya bencana tersebut? Hikmah Kamis, 08 Desember 2022 - 1346 WIB Sedekah dapat mencegah musibah, penyubur pahala, menolak bala, dan menghindarkan dari kejahatan serta akan dilipatgandakannya rezeki oleh Allah Subhanahu wa Taala. Tausyiah Selasa, 05 Oktober 2021 - 2206 WIB Sebagian orang ahli makrifat mengatakan setiap tahun Allah menurunkan bala yang berjumlah Kesemuanya diturunkan pada hari Rabu yang terakhir di bulan Shafar. “Wa idzaa aradnaa an nuhlika qaryatan amarnaa mutrafiihaa fa fasaqu fiihaa fa haqqa alaihal-qaulu fa dammarnaahaa tadmiiraa” Oleh Dr. KH A Musta’in Syafi’ie, Ayat sebelumnya bertutur soal kemahakasihan Tuhan yang tidak bakal menyiksa manusia sebelum diutus utusan atau sebelum ada juru dakwah yang berseru keimanan. Mereka yang patuh akan mendapat kebaikan dan yang durhaka bakalan disiksa. Lalu pada ayat kaji ini menuturkan, bahwa Allah SWT akan menghajar habis-habisan sebuah kaum karena kezaliman, karena kedurhakaan yang dilakukan para penguasanya. Meskipun ibadah rakyat bagus-bagus, meskipun amal perbuatan mereka sesuai syari’ah agama, tapi kalau para pejabatnya banyak yang mengumbar nafsu, korup, berfoya-foya, maka itu berpotensi turunnya azab atas kaum tersebut. Terkait turunnya azab tersebut, cukup diambil dua kata kunci pada ayat ini, yakni mutrafiha pembesar dan fafasaqu fiha durhaka. Mutraf, mutarafun, adalah kaum jetset, borjuis, pembesar yang bergelimang harta dan hobi berfoya-foya. Derajat sosial yang tinggi dan serba berkecukupan membuat mereka bebas melakukan apa saja. Sementara kata “fa fasaqu fiha”, menunjukkan betapa kaum mutarin tadi telah terjerumus kepada kefasikan, kemaksiatan, kedurhakaan. Hal demikian karena pada umumnya, nafsu dan syahwat sangat mendominasi pola hidup mereka, sehingga cenderung abai terhadap kewajibannya sebagai pemimpin, sebagai orang gedean yang mesti memberi contoh kesalehan kepada umat. Di kepala mereka, nafsu hedonis lebih utama ketimbang menunaikan amanah. Dari dua kata ini menunjukkan, bahwa kaum mutarafin itu tidak semuanya mesti hobi berbuat maksiat, tidak semuanya mesti ngumbar durhaka, melainkan cenderung durhaka. Begitu mereka durhaka dan terus dalam kedurhakaan, maka langit bersikap lain fa haqq alaiha al-qaul”. Barulah Allah SWT memutuskan untuk layak diazab. Azab turun beneran dengan volume top, “fa dammarnaha tadmira”, dihancurkan sehancur-hancurnya. Beberapa kata dalam ayat kaji ini penting dianalisis. Pertama, kata qaryah, artinya perkampungan atau bangsa. Kata ini menunjukkan ruang tertentu, daerah atau negeri tertentu, tidak bias dan umum. Jadi azab yang menimpa pada suatu daerah, negeri, pasti terkait dengan kesalahan pembesar negeri tersebut. Tidak mungkin azab yang menimpa suatu negeri karena kedurhakaan pembesar negeri lain. Kedua, “amarna” mutrafiha. Qira’ah lain, “ammarna” pakai tasydid. Amara, artinya memerintahkan, menyuruh. Sedangkan “ammara”, artinya menguasakan. Allah memberi negeri tersebut penguasa yang mutrafin. Jadi, salah satu tanda ketidak sukaan Tuhan terhadap suatu negeri, yaitu ketika Allah memberi mereka pemimpin yang mutrafin. Pengertian pemimin mutrafin tidak saja tertumpu kepada top leader, presiden, melainkan juga pada para pembantunya, menteri dan sebagainya. Kadang bupatinya bagus, tapi para kepala bagiannya brengsek.* Sumber Gelora › Opini›Banjir dan Empati Pemimpin Menyebut hujan lebat sebagai pemicu banjir seolah melupakan ulah manusia yang menjadi penyebab bencana alam ini. Narasi seperti itu hendaknya dibuang jauh agar empati terbangun secara benar. Kompas SupriyantoMembaca berita utama Kompas 8/11/2021 ”Banjir dan Longsor Datang Lebih Awal di Tanah Air” membuat pembaca menengok peristiwa banjir di Batu, Jawa Timur. Lebih dalam lagi, sekaligus menelaah di balik peristiwa itu. Di berita itu, banjir di Batu menjadi salah satu bencana yang disorot Batu hidup dari sektor pariwisata. Obyek wisata banyak dibangun di sana. Hotel, vila, dan tempat penginapan lain bertumbuhan. Batu boleh dibilang seperti kawasan Puncak di Jawa Barat. Tingkat kekhawatirannya juga sama dengan Puncak. Maksudnya, di balik pertumbuhan wisata, ada kekhawatiran degradasi lahan. Erosi tinggi, tanah longsor menjadi ancaman, dan banjir bandang bisa terjadi kapan saja sepanjang ada hujan.Baca juga Bencana Alam dan Kerentanan Sistemik KitaBenar, Kamis 4/11/2021 itu hujan lebat mengguyur kawasan Batu, terutama bagian atas hulu, seperti halnya Sumber Brantas. Dampaknya adalah banjir bandang yang ramai diberitakan itu dan memorakporandakan beberapa tempat di Desa Sumber Brantas, Desa Bulu Kerto, Desa Tulung Rejo, Desa Padang Rejo, Desa Sido Mulyo, dan Desa ada apa di balik peristiwa banjir Batu? Ada pernyataan pemimpin di sana yang layak untuk ditelaah. Bermula dari Wakil Presiden Ma’ruf Amin menelepon Wali Kota Batu Dewanti Rumpoko. Kemudian Wali Kota menginfokan pemicu banjir bandang di Batu adalah hujan berintensitas tinggi yang mengguyur wilayah hulu Daerah Aliran Sungai DAS Brantas yang berada di lereng Gunung Arjuno tersebut.”Ini karena hujannya lebat sekali hampir sejam lebih dengan curah hujan yang sangat besar, membawa pohon-pohon kering yang ada di hutan ke bawah sehingga menutupi jalan air. Itu jadi menimpa rumah-rumah penduduk,” ujar Dewanti dalam laporannya. Musibah tersebut terjadi setelah hujan dengan intensitas tinggi mengguyur wilayah hulu Sungai Brantas, Kamis 4/11/2021 pukul 5/11/2021.KOMPAS/AMBROSIUS HARTO Penanganan material banjir bandang yang memutus akses dari dan ke Desa Bulukerto, Kota Batu, Jawa Timur, Jumat 5/11/2021. Banjir bandang pada Kamis siang menghantam beberapa desa di wilayah hulu Sungai Wali Kota tersebut seolah mewakili pihak-pihak yang mendahulukan hujan lebat sebagai pemicu banjir. Setelah ditelusuri berita banjir di berbagai portal berita, banyak pemimpin yang menyatakan ”hujan lebat pemicu banjir”. Kalimat para pihak itu bisa kita pahami secara denotasi dan denotasi sesungguhnya sudah jelas, tanpa hujan mana mungkin ada banjir. Sejauh ini siapa pun sepakat bahwa banjir merupakan air permukaan yang tidak bisa terserap oleh tanah yang bergerak dari kawasan tinggi menuju ke tempat lebih menjadi lebih menarik adalah makna konotasinya. Di kalimat itu pemimpin tersebut lebih melihat faktor alam dijadikan pemicu dan faktor manusia terkesan disembunyikan. Padahal, kalau mau jujur, tangan-tangan manusialah yang menjadi penyebab banjir itu. Sederhana saja logikanya, bukankah hujan lebat dulu pun sudah terjadi, kenapa belakangan ini baru terjadi banjir besar?Padahal, kalau mau jujur, tangan-tangan manusialah yang menjadi penyebab banjir logika itu bisa ditegaskan hujan lebat bukanlah pemicu banjir. Bahkan, bukan pula penyebab banjir. Mau ditegaskan di sini, degradasi hutan ataupun degradasi lahan menjadi penyebab banjir tersebut. Sebab, hujan selebat apa pun kalau permukaan tanah tertutup vegetasi, membuat air hujan meresap ke dalam tanah. Sedikit air hujan yang meliuk-liuk di atas permukaan berbeda. Tanaman penutup tanah berkurang, bangunan beton menghalangi pori-pori tanah, mengakibatkan air hujan berubah menjadi air permukaan, dan akhirnya meluncur deras dari daerah tinggi ke kawasan yang lebih ”hujan lebat penyebab banjir” masih menjadikan hujan sebagai alasan. Padahal, bahwa ”lahan gundul penyebab banjir” atau ”kekeliruan peruntukan lahan penyebab banjir” lebih tepat pemakaiannya. Janganlah ”hujan lebat” dijadikan kambing juga Tak Ada Bencana AlamDi negeri kita ini kebiasaan mencari kambing hitam memang tak pernah hilang. Dari istilahnya, kambing hitam bermakna orang atau suatu faktor eksternal yang sebenarnya tidak bersalah, tetapi dituduh bersalah atau dijadikan tumpuan kita lihat ke belakang, sejatinya kambing hitam itu merupakan cara untuk ”cuci tangan” atau ”melarikan diri” dari kekeliruan yang pernah diperbuat. Biasanya bilamana ada keberhasilan, orang tak segan lagi menganggap sebagai ”usaha kami yang tak kenal lelah”, tetapi kesalahan, kekeliruan, dan kegagalan dilemparkan ke kambing konteks banjir, di mana pun, biasanya hujan jadi kambing hitam. Sang hujan pun pasrah dijadikan kambing hitam. Ia tetap datang saat musimnya. Sementara tangan-tangan perusak alam tetap saja melakukan ekonomi membuat para perusak merasa tak bersalah atas perbuatannya. Selama masih ada hujan, para perusak masih punya banyak alasan. Ada kambing hitam. Saat banjir tiba, saat tepat untuk bilang, ”Hujan lebat menyebabkan banjir.” Ah, kasihan sang MULYANA SINAGA Warga menggunakan delman melintasi Jalan Andir-Katapang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, yang tergenang banjir, Kamis 11/11/2021.Ke mana empati?Sepanjang kita dengar atau baca masih ada pemimpin yang sekadar menjadikan hujan lebat sebagai kambing hitam, empati mereka meragukan. Sebab, sudah jelas persoalan banjir terkait pula dengan kerusakan alam. Dalam hal empati, selain kemampuan untuk memahami apa yang dirasakan orang lain, melihat dari sudut pandang orang tersebut, empati itu juga mesti membayangkan diri sendiri berada pada posisi orang bisa merasakan kesusahan korban banjir, pemimpin harus membayangkan dirinya sebagai korban. Jika ia mengabaikan pemicu degradasi lahan dalam peristiwa banjir, ia akan keliru membayangkan dirinya. Ia akan membayangkan dirinya sebagai korban hujan lebat, bukan membayangkan dirinya sebagai korban dari kerusakan dari kerangka design thinking, di mana empati ini menjadi dasar menentukan persona, pemimpin itu memilih persona yang salah. Semestinya ia menetapkan persona para perusak lahan, tetapi karena menganggap banjir sekadar dipicu oleh hujan lebat, lantas para perusak lahan tak juga Alih Fungsi Lahan di Kaki Arjuno Picu Petaka di Kota BatuPerusak lahan pun dengan tenang dan amannya terus mempraktikkan usahanya minus kaidah konservasi lahan. Beda bilamana pemimpin membayangkan dirinya sebagai korban dari kerusakan alam, dalam pemikirannya akan berupaya untuk membuat jera perusak dari itu, alangkah baiknya untuk mengantisipasi banjir, tempatkan pemicu sesungguhnya. Bukan kambing hitam. Hal ini dalam rangka menemukan solusi yang tepat bagi masyarakat terdampak banjir. Buang jauh-jauh narasi tadi, narasi ”banjir dipicu hujan lebat”, ganti dengan ”kerusakan alam picu banjir”. Bedakan rasanya. Sirkuit otak akan bekerja dengan perbedaan. Kita pun terdorong untuk sama-sama mencegah kerusakan alam dan sama-sama pula TIS Suparto, Penulis Filsafat Moral

pemimpin zalim penyebab bencana