Prototypeadalah model pertama dari produk yang digunakan untuk men-testing konsep atau gambaran dari ide kita. Prototyping telah digunakan oleh banyak industri. Sebelum memulai membangun sebuah
Pembuatanprototype suatu sistem merupakan implementasi dari konsep ? a. Inductive reasoning b. Trial and error* c. Abductive reasoning d. Deductive reasoning 12. Contoh langkah antisipasi untuk meminimalisir kesalahan (mistake) user dalam berinteraksi dengan sistem adalah dengan ? a. Membuat manual dan help dari sistem b.
2 Pembuatan prototype suatu sistem merupakan implementasi dari konsep . A. Deductive reasoning B. Abductive reasoning C. Inductive reasoning D. Trial and error 3. Berikut ini adalah contoh penerapan beberapa gaya interaksi antara user dengan sistem, kecuali . A. Speech recognition B. XML pada web-services C. Tool box pada aplikasi grafis
Vay Tiền Nhanh Chỉ Cần Cmnd. Concept generation atau pengembangan konsep merupakan salah satu tahap penting dalam proses perancangan produk yang bertujuan memunculkan alternatif-alternatif konsep produk. Konsep produk adalah deskripsi teknis mengenai atribut produk yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Berbagai pendekatan dapat dilakukan dalam concept generation, diantaranya dengan functional decomposition dan concept combination. Pada penelitian ini dilakukan pengembangan prototipe sistem yang bertujuan untuk membantu tim pengembang dalam concept generation pada perancangan produk. Obyek penelitian yang digunakan adalah flexible conveyor yang digunakan sebagai alat material handling pada industri manufaktur. Penelitian dilakukan dengan software prototyping berdasarkan pendekatan concept generation. Hasil penelitian berupa prototipe sistem yang dapat memunculkan variasi dari alternatif-alternatif konsep sesuai dengan fungsi produk yang telah diidentifikasi sebelumnya. Figures - uploaded by Debrina Puspita AndrianiAuthor contentAll figure content in this area was uploaded by Debrina Puspita AndrianiContent may be subject to copyright. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free SEMINAR NASIONAL TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS GADJAH MADA 2019 Yogyakarta, 09 Oktober 2019 Departemen Teknik Mesin dan Industri FT UGM M-15 ISBN 978-623-92050-0-3 Pengembangan Prototipe Sistem untuk Concept Generation pada Perancangan Produk 1st Debrina Puspita Andriani Jurusan Teknik Industri Universitas Brawijaya Malang, Indonesia debrina 2nd Fakhriyudha Jurusan Teknik Industri Universitas Brawijaya Malang, Indonesia fakhriyudha 3rd Febrina Puji Purwandani Jurusan Teknik Industri Universitas Brawijaya Malang, Indonesia generation atau pengembangan konsep merupakan salah satu tahap penting dalam proses perancangan produk yang bertujuan memunculkan alternatif-alternatif konsep produk. Konsep produk adalah deskripsi teknis mengenai atribut produk yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Berbagai pendekatan dapat dilakukan dalam concept generation, diantaranya dengan functional decomposition dan concept combination. Pada penelitian ini dilakukan pengembangan prototipe sistem yang bertujuan untuk membantu tim pengembang dalam concept generation pada perancangan produk. Obyek penelitian yang digunakan adalah flexible conveyor yang digunakan sebagai alat material handling pada industri manufaktur. Penelitian dilakukan dengan software prototyping berdasarkan pendekatan concept generation. Hasil penelitian berupa prototipe sistem yang dapat memunculkan variasi dari alternatif-alternatif konsep sesuai dengan fungsi produk yang telah diidentifikasi sebelumnya. Keywords—concept generation, konsep produk, perancangan produk, prototipe sistem, software prototyping. I. PENDAHULUAN Perkembangan teknologi yang makin pesat menuntut adanya inovasi dari industri untuk merancang dan mengembangkan produknya [1, 2]. Produk yang dibuat diharapkan mampu memenuhi kebutuhan konsumennya dan tidak jarang dianggap berkualitas ketika hal tersebut terpenuhi [2]. Agar dapat mencapai tujuan itu, maka diperlukan proses perencanaan dan pengembangan produk yang diperhitungkan dengan matang [3]. Pengembangan produk merupakan kegiatan yang dimulai dengan analisis persepsi dan peluang pasar hingga diakhiri dengan proses produksi, penjualan, dan pengiriman produk. Terdapat enam fase dalam proses pengembangan secara umum yaitu perencanaan, pengembangan konsep, perancangan tingkatan sistem, perancangan detail, pengujian dan perbaikan, serta produksi awal [4, 5]. Inti dari perencanaan dan pengembangan produk adalah terletak pada pengembangan konsep atau concept generation [6, 7]. Konsep produk adalah deskripsi tentang bentuk dan fungsi dari suatu produk. Konsep perlu disusun untuk mendapatkan alternatif-alternatif yang dapat memenuhi kebutuhan pelanggan sebelum desain atau spesifikasi akhir dirancang [8]. Pada fase pengembangan konsep, kebutuhan pasar target diidentifikasi, alternatif konsep-konsep produk dikembangkan dan dievaluasi, dan satu atau lebih konsep dipilih untuk pengembangan dan percobaan lebih lanjut. Proses didalamnya meliputi analisa kebutuhan dan keinginan pasar, penyusunan alternatif produk dengan variasi dari bentuk, fungsi, dan tampilan, serta disertai dengan sekumpulan spesifikasi, benchmarking produk pesaing, dan pertimbangan ekonomis proyek [9, 10]. Untuk mendapatkan informasi yang lengkap dalam menyusun suatu konsep produk diperlukan identifikasi atau dekomposisi fungsi dari produk yang akan dirancang. Melalui penjabaran fungsi dari produk diharapkan tim desain dapat menentukan spesifikasi teknis produk yang akan dibuat [11]. Penjabaran fungsi dapat diperoleh dari informasi internal maupun eksternal tim atau organisasi. Selain itu, sebelum memilih desain terbaik untuk memenuhi kebutuhan konsumen, evaluasi penting dilakukan terhadap segala alternatif yang bisa dibentuk dari pilihan-pilihan yang ada. Kombinasi konsep merupakan salah satu langkah penting dalam pengembangan konsep, karena dengan kombinasi konsep dapat diketahui berbagai kemungkinan solusi untuk membuat suatu produk, bahkan produk yang berbeda atau bervariasi [12]. Pentingnya tahapan pengembangan atau pembangkitan konsep adalah karena adanya tujuan pemusatan terhadap suatu solusi pemecahan masalah, dimana pada satu sisi sebagai suatu tindakan kreatif, sedangkan di sisi yang lain sebagai tindakan logis terhadap penyelesaian suatu masalah [13, 14]. Oleh karena itu, variasi dianggap sebagai kegiatan yang penting dalam mewujudkan dan mengembangkan banyaknya pemikiran kreatif dengan cara menggabungkan elemen-elemen fungsi yang sudah ada ke dalam alternatif konsep. Kendati demikian, pengembangan konsep sering kali menjadi penyebab permasalahan dalam proses SEMINAR NASIONAL TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS GADJAH MADA 2019 Yogyakarta, 09 Oktober 2019 Departemen Teknik Mesin dan Industri FT UGM M-16 ISBN 978-623-92050-0-3 perancangan dan pengembangan produk. Permasalahan tersebut diantaranya adalah terbatasnya satu dua alternatif yang dipertimbangkan untuk desain yang layak, kegagalan dalam mempertimbangkan kegunaan konsep, hanya melibatkan satu dua orang dalam proses, tidak efektif mengintegrasikan solusi parsial yang menjanjikan, dan gagal mempertimbangkan seluruh kategori solusi [15, 16]. Berdasarkan urgensi dan permasalahan yang dipaparkan, pada penelitian ini dilakukan pengembangan prototipe sistem untuk proses pengembangan konsep concept generation yang bertujuan sebagai media untuk mengeksplorasi alternatif-alternatif konsep yang dapat dimunculkan dalam merancang suatu produk secara lebih efektif dan efisien. Obyek yang digunakan sebagai studi kasus pada penelitian ini adalah flexible conveyor. Conveyor diketahui banyak dipakai di industri untuk memindahkan barang secara berkelanjutan [17]. Dalam kondisi tertentu, conveyor banyak dipakai karena lebih ekonomis dibandingkan transportasi berat seperti truk dan mobil pengangkut. Jenis conveyor membuat penanganan alat berat/ produk tersebut lebih mudah dan lebih efektif. Kelemahan penerapan conveyor adalah tidak adanya fleksibilitas apabila lokasi barang bersifat tidak tetap dan jumlah barang yang dipindahkan berubah-ubah atau tidak berkelanjutan [18, 19]. Flexible conveyor merupakan conveyor yang didasarkan pada balok-balok conveyor dan terbuat dari aluminium atau stainless steel dengan lintasan yang mempunyai gaya gesekan rendah [20]. Flexible conveyor dibuat sesuai dengan penggunaannya di lapangan, yaitu untuk aktivitas material handling yang diketahui sebagai aktivitas non value added dan sebaiknya diminimasi. Sifat dari flexible conveyor yang adapatif menyebabkan alternatif material dan fungsi dalam membentuk produk tersebut bervariasi, sehingga produk ini dipilih sebagai studi kasus dalam penelitian. II. METODE PENELITIAN Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian rekayasa. Penelitian rekayasa merupakan penelitian yang mengimplementasikan ilmu pengetahuan ke dalam suatu rancangan untuk mendapatkan kinerja sesuai persyaratan yang ditentukan. Rekayasa tersebut merupakan sintesis unsur-unsur rancangan yang dipadukan dengan metode ilmiah menjadi suatu model untuk memenuhi spesifikasi tertentu [21]. Penelitian berawal dari penentuan spesifikasi rancangan yang memenuhi spesifikasi yang ditentukan, pemilihan alternatif yang terbaik, dan validasi rancangan yang dipilih untuk memenuhi persyaratan yang ditentukan secara efisiensi, efektif, dan biaya yang rendah. Model pada penelitian ini berupa prototipe sistem yang didapatkan berdasarkan pendekatan software prototyping. Prototyping adalah suatu teknik pengumpulan data yang sangat berguna untuk melengkapi siklus hidup pengembangan sistem tradisional. Saat penganalisis sistem menggunakan prototyping, mereka berusaha mencari reaksi, saran-saran, inovasi, rencana revisi pengguna untuk membuat peningkatan terhadap prototipe, sekaligus memodifikasi rencana sistem dengan biaya dan gangguan maksimum [22]. Terdapat empat tahapan dalam pegembangan software menggunakan prototyping [23]. Langkah pertama yaitu menetapkan tujuan prototipe dengan mengidentifikasi masalah pada sistem yang akan dibuat prototipenya. Langkah kedua yaitu mendefinisikan fungsi prototipe sehingga sesuai dengan kebutuhan user. Langkah ketiga yaitu mengembangkan prototipe dengan merancang desain logis hingga implementasi konsep yang telah dibuat. Langkah terakhir yaitu evaluasi prototipe dengan membandingkan hasil prototipe dan kebutuhan user. A. Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer meliputi informasi-informasi yang berasal dari wawancara dan observasi, sedangkan data sekunder meliputi data hasil tinjauan pustaka dan profil studi kasus yang mendukung penelitian. Studi kasus yang digunakan dalam penelitian ini adalah perancangan flexible conveyor sebagai alat material handling dalam industri manufaktur. Berdasarkan penelitian pendahuluan diperoleh 5 respon teknis dalam perancangan flexible conveyor yang ditampilkan pada Tabel 1 [24]. Respon teknis untuk konveyor tersebut meliputi fleksibelitas, ketinggian yang dapat diatur, material yang ringan dan kuat, mudah dipindahkan, dan ramah lingkungan. TABEL II. METRIK RESPON TEKNIS No. Respon Teknis Value Unit 1 Desain konveyor dibuat fleksibel Sliding lock, lipat, bongkar pasang - 2 ketinggian yang dapat 100-150 cm 3 Material konveyor ringan dan kuat Tungsten, besi eser, aluminium N/m2 4 Konveyor mudah dipindahkan rubber wheel, caster - 5 Desain konveyor ramah lingkungan Gravitasi, thermal, dinamo listrik Joule SEMINAR NASIONAL TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS GADJAH MADA 2019 Yogyakarta, 09 Oktober 2019 Departemen Teknik Mesin dan Industri FT UGM M-17 ISBN 978-623-92050-0-3 Gambar 1. Diagram alir perancangan sistem. B. Pengembangan Prototipe Sistem Pada tahapan ini dilakukan pengembangan prototipe sistem untuk concept generation pada perancangan produk dengan menggunakan pendekatan functional decomposition dan concept combination untuk menentukan dan menerjemahkan alternatif-alternatif atribut yang digunakan dalam penyusunan konsep. Tahapan perancangan sistem diilustrasikan pada Gambar 1. Microsoft Visual Basic Net MS. VB. Net digunakan dalam membantu pembuatan model prototipe [25]. Sesuai dengan konsep software prototyping, langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap ini dijelaskan sebagai berikut 1 Menetapkan tujuan prototipe yakni mencari pembangkitan jumlah kemungkinan alternatif kombinasi desain berdasarkan pendekatan functional decomposition dan concept combination. 2 Mendefinisikan fungsi prototipe meliputi requirement modelling, data modelling, process modelling, dan development strategies. Requirement modelling dilakukan dengan system requirement checklist untuk menetukan user requirement. Data modelling digambarkan melalui aliran data dan informasi yang dihasilkan oleh sistem melalui data flow diagram DFD. Process modelling menggambarkan logika atau aturan bisnis dalam proses pengembangan produk. Terakhir development strategies menentukan kebutuhan minimum software dan hardware, level pembuatan sistem, kebutuhan minimal sistem operasi, dan kebutuhan minimal administrator. 3 Mengembangkan prototipe langkah desain dimulai dari melakukan desain untuk database logis, fisik, user interface UI, dan algoritma. Selanjutnya dilakukan implementasi dan evaluasi dengan membuat prototipe sistem yang dirancang dengan MS. VB. Net. 4 Mengevaluasi prototipe tahap ini digunakan untuk menguji prototipe sistem yang telah dibuat. Pengujian program ini ditinjau dari tiga segi, yaitu verifikasi, validasi, dan uji prototipe. Verifikasi dilakukan dengan membandingkan desain database fisik, desain user interface, dan desain algoritma yang dirancang dengan implementasi. Validasi dilakukan dengan membandingkan kebutuhan sistem yang telah terpenuhi dengan System Requirement Checklist SRC. Uji prototipe dengan membandingkan sistem baru dan sistem lama dalam analisis PIECES Performance, Information, Economy, Control, Efficiency, dan Services. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Perancangan prototipe sistem diharapkan mampu membantu tahapan perancangan produk terutama pada tahap concept generation. Dengan pendekatan atau sistem yang berjalan saat ini, di dalam setiap proses perancangan produk untuk tahap concept generation dilakukan secara manual dan berdasarkan intuisi atau pengetahuan dari masa lalu, sehingga tidak semua konsep dapat dimunculkan dan menyebabkan ketidaksesuaian spesifikasi dari produk akhir. Hal tersebut akan menimbulkan masalah di kemudian hari. Oleh karena itu, pengembangan prototipe sistem untuk proses pengembangan konsep atau concept generation dapat menjadi salah satu alternatif penyelesaian permasalahan dari pengembangan produk yang optimal. A. Mendefinisikan Fungsi Prototipe Langkah awal dalam perancangan prototipe sistem ini setelah merencanakan tujuan prototipe adalah menganalisa fungsi prototipe yang meliputi pembuatan model kebutuhan sistem requirement modelling, model data data modelling, dan model proses process modelling. TABEL III. SYSTEM REQUIREMENT CHECKLIST Komponen Uraian Input User dapat memasukkan data keinginan pelanggan, fungsi yang diinginkan pelanggan, Output Sistem dapat memberikan output yang dibutuhkan, yaitu morphology chart, FAST diagram, dan alternatif kombinasi desain SEMINAR NASIONAL TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS GADJAH MADA 2019 Yogyakarta, 09 Oktober 2019 Departemen Teknik Mesin dan Industri FT UGM M-18 ISBN 978-623-92050-0-3 Komponen Uraian Process Sistem dapat menentukan Morphology Chart sesuai dengan kebutuhan agar. Dengan melihat basis data yang pernah dimasukan kedalam sistem,sehingga mempermudah pembuatan Sistem dapat menunjukan FAST diagram sesuai dengan fungsi yang dipilih oleh user hingga bagaimana cara mendapatkan fungsi tersebut. Performance Sistem memungkinkan dalam melakukan update data jika terdapat data baru Control User diberi username dan password untuk login sistem yang hanya dapat diakses oleh User itu 1 Model Kebutuhan Sistem Requirement Modelling bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan dalam perancangan produk terutama pada fase concept generation. Model kebutuhan sistem dinyatakan dalam System Requirement Checklist SRC sebagai dasar untuk mengukur keberhasilan aplikasi yang akan dibangun dan digambarkan ke dalam lima kategori umum yaitu output, input, process, performance, dan control. SRC menunjukkan bahwa kebutuhan sistem utama adalah output yang menyajikan informasi berupa functional decomposition dan concept combination seperti ditunjukkan pada Tabel 2. 2 Model Data dan Proses Data and Process Modelling bertujuan untuk mengembangkan model grafis untuk melihat sistem secara keseluruhan dalam mengubah data menjadi informasi yang disebut data modelling. Sedangkan logika proses bisnis yang terjadi digambarkan dalam process modeling, sehingga dihasilkan model logis yang mendukung operasi bisnis yang memenuhi kebutuhan user. a Data modeling dimodelkan dengan data flow diagram DFD yang bertujuan untuk menggambarkan proses bisnis yang dilakukan dan bagaimana aliran data berpindah pada aktivitas-aktivitas tersebut. Langkah awal yang dilakukan dalam pembuatan DFD adalah mengidentifikasi entitas luar external entities pada sistem, yakni user. Selanjutnya mengidentifikasi input dan output dari entitas luar yang terlibat seperti ditunjukkan pada Tabel 3. Langkah berikutnya adalah penyusunan context diagram pada Gambar 2. TABEL IV. IDENTIFIKASI INPUT DAN OUTPUT DFD Input Output User Data respon teknis dari user Kombinasi alternatif desain produk Gambar 2. Context diagram prototipe sistem concept generation. Context diagram adalah diagram dalam rangkaian suatu DFD yang menggambarkan entitas-entitas yang berhubungan dengan suatu sistem meliputi input dan output, serta external entitites. Proses yang terjadi pada context diagram prototipe sistem ini adalah user memasukkan keinginan pelanggan data alternatif dan data fungsi, kemudian sistem mengolah data tersebut dan menghasilkan output berupa functional decomposition dan concept combination masing-masing dalam bentuk FAST diagram dan morphology chart. Langkah terakhir dalam data modeling adalah menyusun DFD level 1 yang menunjukkan semua proses dalam context diagram sekaligus bagaimana aliran informasi berpindah dari satu proses ke proses lainnya Gambar 3. Proses yang terjadi pada DFD level prototipe sistem dapat dijelaskan sebagai berikut • Input project dengan memasukan data identitas project seperti tanggal pembuatan project dan nama project. • Input technical response dengan memasukan data dari technical response yang diperoleh dari project tersebut. • Pemilihan fungsi pada FAST diagram. • Concept generation sesuai dengan fungsi yang terpilih pada proses sebelumnya dan ditampilkan dalam morphology chart. b Process modeling tahap ini merupakan langkah-langkah pengolahan dan logika yang bertujuan untuk menggambarkan proses atau aturan yang berlaku pada prototipe sistem meliputi sistem yang akan memberikan kemungkinan kombinasi alternatif dari setiap fungsi yang dipilih oleh user, jumlah alternatif yang dapat dimasukan ke dalam aplikasi hanya terbatas 3 alternatif, dan data yang dimasukan oleh user berupa technical response dari proyek tersebut. SEMINAR NASIONAL TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS GADJAH MADA 2019 Yogyakarta, 09 Oktober 2019 Departemen Teknik Mesin dan Industri FT UGM M-19 ISBN 978-623-92050-0-3 Gambar 3. DFD level 1 prototipe sistem concept generation 3 Development Strategies adalah kebutuhan untuk sistem baru yang mencakup kebutuhan software dan hardware. Berikut merupakan strategi pengembangan prototipe sistem concept generation untuk produk flexible conveyor. a Level pengembangan prototipe prototipe sistem ini nantinya merupakan aplikasi stand alone yang hanya membutuhkan sebuah komputer, sehingga dapat memudahkan akses user. b Software requirement kebutuhan perangkat lunak yang dibutuhkan untuk menjalankan prototipe sistem ini dijelaskan pada Tabel. 4. Perangkat lunak yang dipilih tidak sulit untuk dipenuhi karena sifat dari perangkat lunak tersebut sudah banyak digunakan dalam kegiatan sehari-hari. c Hardware requirement kebutuhan perangkat keras yang dibutuhkan untuk mendukung prototipe sistem dijelaskan pada Tabel 5. TABEL V. KEBUTUHAN MINIMUM SOFTWARE Unsur Pilihan Rasionalisasi Windows 7 Umum dan banyak digunakan Database Microsoft Access mengolah dan user Bahasa pemrograman Application menyatu dengan MS. TABEL VI. KEBUTUHAN MINIMUM HARDWARE Unsur Pilihan Rasionalisasi Server Intel Pentium Processor 4M chace, GHz atau lebih Dapat menjalankan Windows 7 dengan lancar RAM 1 GHz atau lebih tinggi Kapasitas hard disk minimal 100 Mb. Input Mouse dan keyboard untuk memasukkan Unsur Pilihan Rasionalisasi Output Monitor display atau antar d Dokumentasi disusun dalam manual book untuk memudahkan penguasaan kompetensi dan source code program untuk memudahkan dalam upgrade program. e Ketrampilan user user harus memiliki minimal kemampuan dalam mengoperasikan Windows dan Microsoft Office, terutama Microsoft Access, untuk menggunakan sistem ini karena cara pengolahan data di sistem ini tidak terlalu rumit. Berdasarkan analisis sistem dengan menganalisa sistem lama, requirement modelling, data modelling, process modelling, dan development strategies, maka spesifikasi kebutuhan sistem telah diketahui. Hasil dari analisis sistem tersebut akan dibawa ke tahap selanjutnya yaitu tahap desain dan implementasi prototipe yang terdiri dari langkah desain, implementasi, pengujian, dan evaluasi prototipe. B. Mengembangkan Prototipe Prototipe dikembangkan dalam bentuk desain sistem. Desain sistem bertujuan untuk menciptakan model fisik dari sistem yang memenuhi persyaratan desain yang ditetapkan pada tahap analisa sistem. Tahap ini merupakan sebuah model logis dari sistem yang baru dikembangkan dari tahap analisa sebelumnya. Langkah yang akan dikerjakan pada tahap ini mencakup desain database, user interface, dan algoritma. Pada tahap ini akan dihasilkan spesifikasi desain dari prototipe sistem pengembangan produk. 1 Desain database menganalisa terlebih dahulu file yang dibutuhkan oleh sistem yang terdiri dari desain database logis dan database fisik. a Desain database logis digunakan untuk menjelaskan fungsi-fungsi pada sistem. Pada tahapan ini user bisa mengetahui bagaimana sistem bekerja secara logika. Desain database logis ini digambarkan dengan menggunakan ERD, dimana entitas dan atribut yang terlibat dalam sistem digambarkan. Tabel 6 adalah penjelasan mengenai entitas dan atribut, sedangkan Tabel 7 digunakan untuk mengidentifikasi kardinalitas atau jenis relasi untuk masing-masing entitas yang terlibat. Gambar 4 menunjukkan ERD untuk sistem ini. TABEL VII. DAFTAR ENTITAS DAN ATRIBUT ERD Produk nama_produk, id_produk, nama, id_fungsi, id_user id_kombinasi, id_alternatif, id_morphology, id_fungsi SEMINAR NASIONAL TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS GADJAH MADA 2019 Yogyakarta, 09 Oktober 2019 Departemen Teknik Mesin dan Industri FT UGM M-20 ISBN 978-623-92050-0-3 nama_alternatif, id_alternatif id_user, Username, Password TABEL VIII. IDENTIFIKASI RELASI Entitas Relasi Entitas Produk Memiliki 1, N Gambar 3. Entity Relational Data ERD prototipe sistem concept generation. b Desain database fisik aktualisasi dari desain database logis dan sangat bergantung pada software yang dipakai. Pada penelitian ini software yang digunakan adalah Microsoft Access. Pada tahap ini entitas dirubah menjadi tabel sesuai dengan format tabel pada MS. Accesss. Desain database entitas meliputi user, produk, fungsi, alternatif, morphology chart, dan kombinasi desain. Tabel 8 merupakan contoh desain database entitas user. TABEL IX. DESAIN DATABASE ENTITAS USER Field Field Size Note Key id_user Number id pengguna PK Password Text 255 2 Desain user interface pembuatan rancangan dari tampilan antarmuka yang nantinya memudahkan user berinteraksi secara langsung dengan sistem [26, 27]. Desain user interface ini dilakukan dengan program Visual Basic. Desain user interface meliputi list windows, hierarki windows dan alur user interface, desain navigasi antar windows, desain form input, desain visual output dan desain awal windows. Sistem ini harus memenuhi kebutuhan user dan user friendly sehingga user dapat berkomunikasi dengan sistem yang dibangun. a List window menjelaskan apa saja yang akan dirancang untuk memudahkan user dalam menggunakan sistem. Tabel 9 menjelaskan windows apa saja yang digunakan pada prototipe sistem concept generation. TABEL X. LIST WINDOWS DAN FUNGSINYA No. Windows Fungsi Windows Status Windows 1 Login form login dimana berfungsi sebagai security check terhadap Terlihat 2 Main menu berbagai menu pilihan yang disajikan oleh sistem. Terdapat menu pemilihan produk yang akan diproses ataupun Terlihat 3 Input data project menampilkan form input data project. Form input tersebut nantinya akan mengisi data pada tabel Data project di main Terlihat 4 Data fungsi Tabel yang menunjukan fungsi fungsi yang dimiliki oleh suatu produk beserta Terlihat 5 Input data fungsi menampilkan form input data fungsi. Form input tersebut nantinya akan mengisi data pada tabel Data project di tab data Terlihat 6 Tab FAST Diagram bagaimana data fungsi olah oleh sistem menjadi Terlihat 7 Tab Morphology Chart Morphology Chart memnujukan bagaimana data alternatif yang diinput pada windows Terlihat b Hierarki windows dan alur user interface UI menjelaskan hierarki dari tiap UI dan aliran proses dari windows ke windows lain yang dilihat oleh user. Gambar 5 dan 6 merupakan gambar untuk hierarki windows dan alur dari UI. SEMINAR NASIONAL TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS GADJAH MADA 2019 Yogyakarta, 09 Oktober 2019 Departemen Teknik Mesin dan Industri FT UGM M-21 ISBN 978-623-92050-0-3 Gambar 4. Hierarki menu prototipe. Gambar 5. Alur user interface prototipe. c Navigasi antar menu untuk memberikan control dan kemudahan kepada user dalam menggunakan fungsi prototipe sistem secara maksimal. Gambar 7 menunjukkan desain navigasi antar menu windows. Gambar 6. Desain navigasi antar menu prototipe. d Form input untuk merancang UI pada proses input data dalam bentuk form. Proses input data dibagi menjadi dua, yaitu proses input data produk dan data fungsi serta alternatif. Gambar 8 menunjukkan desain form input. a Data produk b Data fungsi dan alternatif Gambar 7. Desain form input. SEMINAR NASIONAL TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS GADJAH MADA 2019 Yogyakarta, 09 Oktober 2019 Departemen Teknik Mesin dan Industri FT UGM M-22 ISBN 978-623-92050-0-3 e Visual output untuk merancang bentuk output visual sesuai dengan kebutuhan user. Sebelumnya diketahui output dari sistem ini adalah FAST diagram, morphology chart dan alternatif kombinasi desain. Desain output visual akan dijelaskan pada Gambar 9. a Output FAST Diagram b Output morphology chart c Output kombinasi konsep Gambar 8. Desain visual output. 3 Desain algoritma membahas tentang tahapan proses atau algoritma untuk menghasilkan output yang diperlukan dari sistem informasi yang dinyatakan dalam pseudocode. a Algoritma FAST diagram memliki proses input data fungsi dan alternatif pada awal proses, dilanjutkan pengecekan ulang terhadap data tersebut, kemudian akan keluar FAST diagram sesuai dengan input data sebelumnya Gambar 10. b Algoritma morphology chart input data diambil oleh data fungsi yang dipilih user pada saat windows FAST diagram, setelah memilih fungsi mana saja yang akan digunakan, kemudian muncul morphology chart yang selanjutnya akan dihitung jumlah kombinasi alternatif dari concept combination tersebut Gambar 11. Gambar 9. Algoritma flowchart FAST diagram. Gambar 10. Algoritma flowchart morphology chart. SEMINAR NASIONAL TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS GADJAH MADA 2019 Yogyakarta, 09 Oktober 2019 Departemen Teknik Mesin dan Industri FT UGM M-23 ISBN 978-623-92050-0-3 C. Mengevaluasi prototipe tahap ini digunakan untuk menguji prototipe sistem yang telah dibuat melalui tiga segi, yaitu implementasi/verifikasi, validasi, dan uji prototipe. 1 Implementasi tahap pengaplikasian desain yang telah dirancang sebelumnya ke dalam software, yaitu Microsoft Access. Implementasi bertujuan untuk memasukkan komponen dan mengatur kesesuaian antara program dan rancangan yang telah dibuat, sehingga tahapan ini juga termasuk dalam evaluasi prototipe, yaitu verifikasi. Output prototipe sistem untuk tab FAST diagram, morphology chart, dan kombinasi alternatif telah ditunjukkan pada Gambar 9. 2 Validasi menguji apakah fungsi prototipe yang telah dirancang sudah sesuai dengan fungsi yang diharapkan dan telah merepresentasikan tujuan awal berdasarkan user requirement yang dijabarkan dalam System Requirement Checklist SRC. Uji validasi dilakukan dengan menguji coba aplikasi kepada user yang dalam penelitian ini adalah bagian produksi suatu industri manufaktur yang akan menggunakan flexible conveyor. Perbandingan hasil prototipe sistem dengan SRC disajikan pada Tabel 10. TABEL XI. UJI VALIDASI PROTOTIPE SISTEM CONCEPT GENERATION Komponen Keterangan Pengguna yang Input memasukkan data berikut ini • Produk yang sedang dikerjakan • Fungsi dari respon teknis yang telah diperoleh berdasarkan fase perancangan produk sebelumnya • Alternatif yang dimiliki oleh fungsi User dapat memasukkan data produk, fungsi, dan alternatif dibuktikan dengan screenshot data produk, fungsi, dan alternatif Output Sistem dapat memberikan output yang dibutuhkan, antara lain • FAST diagram • Morphology chart memberikan output FAST diagram dan Morphology chart dibuktikan dengan screenshot hasil Process Sistem dapat membangkitkan kemungkinan jumlah kombinasi alternatif dari fungsi yang telah dimiliki oleh produk membangkitkan kemungkinan jumlah kombinasi alternatif dari fungsi yang telah dimiliki oleh produk dibuktikan dengan Performance dalam melakukan memungkinkan Komponen Keterangan Pengguna yang terdapat data baru karena sifat algoritma dalam aplikasi yang dinamis. Control User diberi username dan password untuk login sistem yang hanya dapat diakses oleh User itu sendiri. username dan password untuk login. Dibuktikan dengan screenshot login. Berdasarkan hasil uji validasi, prototipe sistem concept generation sudah dapat memenuhi kebutuhan user. Prototipe dapat memberikan layanan input pada user untuk memasukkan data fungsi dan alternatif. Sistem dapat membangkitkan kemungkinan alternatif yang dimiliki oleh kombinasi fungsi. Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 9 dengan adanya 81 kemungkinan kombinasi dari fungsi yang dipilih, dengan menggunakan rumus kombinasi sebagai berikut [28] N=XY 1 N merupakan kemungkinan kombinasi konsep yang mungkin terbentuk, sedangkan X dan Y adalah banyaknya fungsi dan alternatif. Dari studi kasus flexible conveyor memiliki fungsi dan alternatif masing-masing sebanyak 3 dan 4, sehingga kemungkinan kombinasi yang muncul adalah 34 atau 81 kombinasi. 3 Uji prototipe untuk mengetahui apakah prototipe aplikasi sudah mengatasi kelemahan dan masalah dari segi Performance, Information, Economy, Control, Efficiency, Services PIECES. Perbandingan sistem lama sebelum adanya prototipe dan sistem baru dipaparkan pada Tabel 11. Berdasarkan hasil analisis PIECES diketahui bahwa sistem baru sudah dapat memperbaiki semua kelemahan sistem lama. TABEL XII. PERBANDINGAN SISTEM LAMA DAN BARU DENGAN ANALISIS PIECES Komponen Keterangan Pengguna yang Performance informasi yang dibutuhkan oleh User alternatif dari technical response project yang pernah ada karena tidak ada dokumentasi database dalam penyimpanan berbasis komputer sehingga mudah untuk mencari data dan melihat data Information Informasi mengenai alternatif dan technical Data disimpan dalam database sehingga SEMINAR NASIONAL TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS GADJAH MADA 2019 Yogyakarta, 09 Oktober 2019 Departemen Teknik Mesin dan Industri FT UGM M-24 ISBN 978-623-92050-0-3 Komponen Keterangan Pengguna yang ada dokmentasi, hanya tim pengembang yang memiliki pengetahuan data akan hilang atau tidak lengkap ketika diperlukan. Economy dan waktu yang dibutuhkan untuk menjalankan sistem tidak terlalu signifikan terhadap total biaya pengeluaran, namun berpotensi membesar seperti biaya administrasi untuk pembuatan dan penyimpanan dokumen secara manual dengan kertas dan bersifat dikeluarkan dalam penggunaan program dijalankan di komputer minimal, karean hanya untuk biaya penggunaan listrik saja. Control mengakses semua data karena data tidak dilengkapi sistem keamanan dan bersifat dilengkapi username dan password untuk membatasi hak akses pengguna. Efficiency Sistem yang lama menentukan kombinasi alternatif dengan berdasarkan pengalaman. Memiliki kemungkinan kesalahan kombinasi alternatif yang mengakibatkan cacat dan juga waktu penentuan yang membutuhkan brainstroming. menentukan kombinasi alternatif dari semua kemunginan yang ada pada pengembangan produk, sehingga tidak membutuhkan waktu banyak untuk memikirkan kombinasi apa saja yang kemungkinan ada pada pengembangan Services Pelayanan akan kebutuhan informasi dari beberapa data berlangsung lama karena data belum terintegrasi menjadi satu sehingga sistem tidak fleksibel. terintegrasi dan fleksibel terhadap perubahan yang ada sehingga pelayanan akan kebutuhan informasi semua data lebih cepat dan IV. KESIMPULAN Proses merancang, membangun, dan menguji prototipe sistem concept generation untuk pengembangan produk dengan konsep software prototyping ini dibagi dalam beberapa tahap, yaitu menetapkan tujuan, mendefinisikan fungsi, mengembangkan, dan mengevaluasi prototipe. Prototipe yang telah dikembangkan selanjutnya diuji dengan implementasi atau verifikasi, validasi, dan uji prototipe itu sendiri. Hasil analisis menunjukkan sistem telah terorganisir dengan baik untuk meminimasi redudansi data, sehingga dapat menghemat biaya operasional dan waktu yang biasa dalam menyusun konsep dibandingkan secara manual. Sistem juga mampu memberikan kombinasi alternatif secara lengkap kepada user, sehingga dalam fase selanjutnya tidak membutuhkan waktu yang lama apabila dibutuhkan untuk kembali mengulang pada fase pengembangan konsep. Untuk penelitian selanjutnya, prototipe sistem dapat diuji cobakan pada studi kasus yang lain disamping flexible conveyor. Selain itu akan dilakukan pengembangan pada prototipe sistem perancangan produk, tidak hanya dalam tahap concept generation, tapi juga tahap perancangan produk yang lainnya. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih disampaikan kepada Laboratorium Statistik dan Rekayasa Kualitas, Jurusan Teknik Industri dan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya atas segala bentuk dukungan dalam keikutsertaan pada kegiatan Seminar Nasional Teknik Industri SENTI 2019 yang diadakan oleh Departemen Teknik Mesin dan Industri, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada. REFERENCES [1] K. J. Chatuverdi dan Y. S. Rajan, “New Product Development Challenges of Globalization,” International Journal of Technology Management, 19, pp. 788-805, 2000. [2] G. Di Gironimo dan A. Marzano, “Design of an Innovative Assembly Process of a Modular Train in Virtual Environment,” International Journal Interaction Design Manufacture, Vol. 1, pp. 85-97, 2007. [3] D. P. Andriani, D. A. Rizky, dan U. Setiaji, “Pengendalian Kualitas Kadar Air Produk Kerupuk Udang Berbasis SNI Menggunakan Statistical Quality Control Method,” dalam Seminar dan Konferensi Nasional IDEC, pp. 98-107, 2017. [4] K. S. Hurst, “Engineering Desing Principles, ” The Boulevard, Langford Lane Kidlington, England, 1999. [5] I. Muhammad, “Fase Pengembangan Konsep Produk Kegiatan Perancangan dan Pengembangan Produk,” Jurnal Ilmiah Factor Exacta, Vol. 4 3, 2011. [6] A. Soleman dan A. L. Kakerissa, “Pengembangan Konsep Alat Bantu Pemetik Buah Pala,” dalam Seminar Nasional Archipelago Engineering ALE, Ambon, 2018, pp. 129-135. [7] N. Cross, “Engineering Design Methods Strategies for Product Design,” United Kingdom John Wiley and Sons Ltd., 1994. [8] D. P. Andriani, I. Hamdala, S. E. Swara, dan H. Fadli, “Perancangan Business Digital Platform dalam Mendukung Keberlanjutan IKM dengan Pendekatan Quality Function Deployment,” Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Vol. 18 1, pp. 42-54, 2019. [9] D. Widodo, “Perencanaan dan Pengembangan Produk,” Yogyakarta UII Press, 2005. [10] A. Liem, “Challenges in concept development, selection, and design detailing,” Institute for Product Design Department of Product Design, 2008. [11] A. K. Chitale dan R. C. Gupta, “Product Design and Manufacturing,” New Delhi PHI Learning Private Edition Limited, 2011. [12] J. Polton, H. S. Ismail, dan M. Shahidipour, “The New Product Process Effective Knowledge Capture and SEMINAR NASIONAL TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS GADJAH MADA 2019 Yogyakarta, 09 Oktober 2019 Departemen Teknik Mesin dan Industri FT UGM M-25 ISBN 978-623-92050-0-3 Utilization,” Concurrent Engineering Research and Application, vol. 8 2, pp. 133-143, 2000. [13] J. Gunther dan K. Ehrlenspiel, “Comparing Designers from Practice and Designers with Systematic Design Education,” Design Studies, Vol. 20 5, pp. 439-451, 1999. [14] S. W. Hsiao dan M. C. Liu, “A Morphing Method for Shape Generation and Image Prediction in Product Design,” Design Studies, Vol. 23 5, pp. 533-556, 2002. [15] K. T. Ulrich dan S. D. Eppinger, “Product Design and Development 2nd,” Singapore Mc Graw-Hill, 2000. [16] C. J. Atman, “A Comparing of Freshman and Senior Engineering Design Processes,” Design Studies, Vol. 20 2, pp. 131-152, 1999. [17] R. Shidattra, “Introduction to Material Handling,” New Delhi New Age International Limited Publishers, 2008. [18] Supriyo, A. Triwiyatno, dan Sumardi, “Perancangan Prototipe Sistem Konveyor pada Sistem Pengangkutan Material Krakatau Posco Berbasis PLC,” Transient, Vol. 4 1, pp. 155-160, 2015. [19] G. Firmansah, “Perancangan Sistem Konveyor Pemisah Barang dengan Sensor Warna TCS230 Berbasis MikroPLC,” Purwokerto, 2010. [20] Priswanto, dkk., “Perancangan Prototipe Sistem Konveyor di Industri Dilengkapi dengan Sistem Pemisah Benda Berdasarkan Warna, Ukuran, dan Jenis Benda Berbasis PLC Mitsubishi FX2N,” Techno, Vol. 18 1, pp. 007-014, 2017. [21] Sugiyono, “Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D,” Bandung Alfabeta, 2013. [22] G. E. Dieter, “Engineering Design 3rd ed.,” Singapore McGraw-Hill, 2000. [23] I. Sommerville, “Software Engineering 9th Edition,” United States of America Addison-Wesley, 2011. [24] Z. Darmawan, dkk., “Perancangan Flexible Conveyor sebagai Material Handling Device yang Ramah Energi,” Malang Universitas Brawijaya, 2015. [25] D. P. Dwi, “Pemrograman Aplikasi Database dengan Visual Basic Net 2005 dan MS. Access,” Yogyakarta Andi, 2006. [26] F. Rahmatika dan D. P. Andriani, “Perancangan Desain Interface Digital Platform Penjualan Online UKM Dengan Pendekatan Kansei Engineering,” Jurnal Rekayasa dan Manajemen Sistem Industri, Vol. 7 1, pp. 52-63, 2019. [27] M. Tideman, M. C. Van der Voort, dan F. J. A. M. Van Houten, “A New Product Design Method Based on Virtual Reality, Gaming and Scenarios,” International Journal Interaction Design Manufacture, Vol. 2, pp. 195-205, 2008. [28] D. P. Andriani, R. Adnandy, S. T. Maghlidah, dan A. A. Anwar, “Peningkatan Kualitas Produk IKM Rotan Melalui Perancangan Produk Unggulan dengan Pendekatan Quality Function Deployment,” 6th Industrial Engineering Conference, 2019. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this development of manufacturing sector with digital platforms is the latest technological advances in industry era. The use of e-commerce as business digital platform in marketing activities is very potential to be developed for improving SMEs performance. To build a digital platform that fits with the needs of SMEs and users, Quality Function Deployment QFD was conducted to obtain informations in designing a customer-based digital platform. After the customer's needs were obtained, product specifications, concept development and selection, product design testing, industrial design analysis, and prototyping also had been conducted. The analysis showed three highest ranking for digital platform design were an application with specific information product, attractive design of the interface, and adequate security. Furthermore, the function criterias were arranged to formulate alternatives, how to log in, button shape, color, font size, and database properties. While the screening and assessment criteria were based on ease of transaction, availability of information, and ease of use. Debrina Puspita AndrianiRheza AdnandyTauzinal SulchiAlfian AgustinusABSTRAK Sektor Industri Kecil Menengah IKM diketahui berperan dalam menopang perekonomian Indonesia, sehingga pengembangan sektor ini sangat diperhatikan oleh pemerintah. Pada era Industri pemerintah mendorong IKM untuk melakukan terobosan inovasi dengan mengembangkan desain dan memperbaiki produk. IKM rotan, salah satu IKM penting di Kota Malang, saat ini sedang berupaya meningkatkan kualitas produknya. Berdasarkan penelitian pendahuluan, kursi merupakan produk unggulan dan paling banyak diminati oleh pelanggan. Tujuan penelitian ini adalah membantu IKM rotan memperbaiki dan mengembangkan kualitas kursi rotan sebagai produk unggulan agar dapat bersaing dengan kompetitornya. Melalui salah satu metode perbaikan kualitas, quality function deployment, produk dirancang sebagai respon inovatif atas kebutuhan konsumen. Hasil penelitian menunjukkan dimensi, beban maksimum, material, desain, warna, dan penggunaan bantalan pada kursi menjadi kriteria dalam perancangan kursi rotan. Dengan metriks ukuran setiap kriteria yang telah diuji dari aspek ergonomi dan estetika, desain penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan daya saing produk kursi rotan kedepannya. Debrina Puspita AndrianiDestantri Anggun RizkyUnggul SetiajiPersentase kualitas kadar air dari produk kerupuk udang pada tahun 2016 sebesar 69% telah melebihi Standar Nasional Indonesia SNI menyebabkan perusahaan studi kasus perlu melakukan proses pengeringan ulang pada produk tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas produk kerupuk udang melalui pengendalian kualitas dengan menggunakan statistical quality control method. Data produk kerupuk udang diambil sebanyak 25 observasi dan setiap observasi terdapat 3 shift yang berbeda setiap harinya. Pada peta kendali rata-rata x diketahui nilai garis tengah, batas kendali atas, dan batas kendali bawah berturut-turut adalah 10,753; 11,549; dan 9,956. Berdasarkan hasil tersebut masih terdapat lima data yang berada diluar batas kendali. Sedangkan pada peta kendali jarak r diketahui nilai garis tengah, batas kendali atas, dan batas kendali bawah berturut-turut adalah 0,778; 2,004; dan 0. Pada peta ini juga masih terdapat satu data yang berada diluar batas kendali, sehingga diperlukan revisi pada kedua peta. Tahap selanjutnya dilakukan analisis akar penyebab masalah dengan menggunakan fishbone diagram, meliputi faktor manusia, mesin, material, metode, dan lingkungan untuk merumuskan usulan perbaikan yang diharapkan dapat mengurangi jumlah produk yang tidak sesuai dengan SNI kadar air dan meningkatkan kualitas produk kerupuk the years, many methods and tools have been developed that support designers in creating good products. Current trends, for example, are to use virtual reality VR simulation, gaming principles, and scenario based techniques during product design processes. Each of these methods and tools contributes to the potential effectiveness and efficiency of product design processes. However, in current practice, they are often applied in an ad-hoc manner. This paper presents a new product design method that integrates elements of a number of important trends in contemporary product design processes. Using VR simulation, gaming principles and scenarios, the new product design method gives non-designers users, production engineers, marketing managers, maintenance workers a proactive role in the design process. Within a dedicated design environment, all stakeholders are allowed to create their own designs and immediately test these in a wide variety of use scenarios. By letting stakeholders realistically interact with their personal creations, designers can quickly and reliably pinpoint their needs and preferences. At the same time, good designs are generated. The new product design method was applied to the design of a lane change support system; a system that supports the driver of a vehicle in performing lane change maneuvers. Using the design environment that was established for this case, the designer was able to get a consistent image of everyone's preferences as well as to draw a reliable conclusion about what would be a good GüntherKlaus EhrlenspielIn individual case studies the design processes of so-called p-designers experienced designers from practice who have neither education at a university nor education in design methodology were investigated and compared with those of m-designers designers with education in design methodology at a university. The results are detailed descriptions of the design processes of eight individual cases and a set of hypotheses about the special design behaviour of p-designers. Possible causes for their procedures are discussed. A minimum design guideline for p-designers is suggested to support their design processes. At the end of the paper, the limitations of the study and conclusions for research and design methodology are paper is based on Günther and Ehrlenspiel[1]and was updated and revised for this Special T. Ulrich Steven D. Eppinger[amazon 2006]newline Treating such contemporary design and development issues as identifying customer needs, design for manufacturing, prototyping, and industrial design, "Product Design and Development, 3/e", by Ulrich and Eppinger presents in a clear and detailed way a set of product development techniques aimed at bringing together the marketing, design, and manufacturing functions of the enterprise. The integrative methods in the book facilitate problem solving and decision making among people with different disciplinary perspectives, reflecting the current industry trend to perform product design and development in cross-functional this paper we present an innovative assembly cycle of railway vehicles that can improve the manufacturing process. The study was carry out using virtual reality VR technologies in the VR Laboratory of the Competence Regional Centre for the qualification of transportation systems set up by Campania Regional Authority. Using the developed simulation environment we were able to evaluate different workplaces layout configurations of the train assembly cycle. The best workplace layout configuration was detected in order to minimize the lead time in the production line and optimize the automation level and human component for each J. AtmanJustin R. Chimka Karen M BursicHeather L NachtmannIn this paper we report the results of an in-depth study of engineering student approaches to an open-ended design problem. To do this, verbal protocols were collected from 26 freshman first year and 24 senior fourth year engineering students as they designed a playground for a fictitious neighborhood. We analysed these protocols to document and compare the student design processes. The results show that the seniors produced higher quality designs. In addition, compared to the freshmen, the seniors gathered more information, considered more alternative solutions, transitioned more frequently between design steps and progressed further into the final steps of the design process. Shih-Wen LiuA shape morphing and image prediction method for product design is proposed in this article, in which a feature-based method is first used to construct 3-D CAD models of a product, then new shapes are generated with a shape morphing method and the images of the morphed shapes are analyzed using modified gray theory with Fourier residual correction. With the aid of this model, the designer can quickly obtain a product form and its corresponding image to help him/her to design the required product. Though LCD monitor design is applied, this method can also be used to develop other products.
pembuatan prototype suatu sistem merupakan implementasi dari konsep